teruntuk panda pembawa cinta.
Hei Panda, hari ini, lebih tepatnya bulan ini adalah bulan yang berarti buatku. Entahlah ada satu kenangan di bulan ini, yang bila mengingatnya runtuhlah semua bendungan memori tentang kita, ya tentang aku, kamu dan kenangan.
Tepat bulan ini, bulan april tahun lalu di tengah kemarau yang menyesakkan. Kamu memilih pergi setelah perbincangan panjang masa depan.
Pertama, sakit betul. Bahkan ketika seharusnya aku hanyut dalam tawa disebuah pesta, aku malah memilih menangis, tidak nampak. Hanya dalam benak aku menjatuhkan setiap tetes yang panas di pelupuk mataku.
Hei Panda, entahlah berapa kata yang bisa aku rangkai. seharusnya ada banyak kalimat yang ingin kuungkap. amarah. sedih. juga kebahagiaan. tapi sampai titik ini pun aku hanya berbelit dalam ingatan.
tak banyak kata yang sanggup kusulam.
Hei panda, ada amarah yang ingin kunyatakan, meski
sebenarnya lagi-lagi rindu yang menang. Seperti saat januari kemarin kamu datang
lagi setelah setahun pergi. Ya januari kemarin, seperti pertama kamu jumpa dan
memintaku menjadi kekasihmu.
Januari kemarin, seharusnya aku meluapkan amarahku. Tepat didepan
wajahmu. Tapi kau tahu, aku takkan sanggup. Aku hanya kembali menerima
kehadiranmu dengan wajah masih terkagum. Kamu tetap, bahkan lebih manis. Rambut
gondrong juga senyum khasmu yang selalu ku ingat.
Lalu apa? Mengapa kita harus menyusuri jalan yang sama,
jalan yang sama saat pertama kamu bertandang kerumahku. Dibulan yang sama,
disaat angin juga gerimis ikut menyaksikan.
Tapi setelah itu apa? Apa? Kamu pergi lagi, meninggalkan bekas kenangan lagi, yang kupikir kau akan
kembali selamanya.
Dan tepat saat ini saat semua berlalu. Setahun. Yang melukai.
Namun tak membuatku lelah membayangkan
tentang kamu. Sekarang panda setengah jari-jariku
menari diatas keyboard, aku tengah
mengenangmu. Sebagai satu hal yang selalu pertama. Meski kau bukan cinta
pertama.
Tapi tahukah kamu, pertama apa yang membuatku menjadikanmu
terkenang???
Ya, kamu adalah bagianku yang pertama memanjakanku,
mengalah. Selalu mengikuti apa mauku. Kamu pertama, yang bernyanyi lirih, namun
saat aku memintamu melantangkan nada, kamu nampak lucu dengan nafas yang
terengah. Kamu juga yang pertama memberiku boneka lucu. Panda pembawa cinta,
seperti kamu. Iya kamu. Kamu juga yang pertama menggenggam erat lenganku. Jantungku,
berdegup dan aku hanya bisa meredam sambil menatap wajahmu. Kaamu juga yang
pertama mengecup lembut punggung lenganku.
Akhh.. aku hanya bisa mengenang sembari tersayat. Tapi itu
juga obat untuk tetap menerima kamu sebagai kenangan.
Hei panda, sebenarnya sudah lelah. Padahal semangat
berapi-api mengingatmu. Ya sudahalah, kamu akan tetap jadi kengan kan? Meski harap
ini terus menunggu. Aku masih saja melihat keadaanmu lewat akun-akun social media
yang kamu punya. Ya, kamu tampak bahagia. Sangat bahagia. Lalu aku? Aku juga
ikut tersenyum.
Terimakasih panda pembawa cinta. Terimakasih telah ada
ditengah gurun hijau yang menyepikan, dan kamu menjadi teman yang setia. Meski pada
akhirnya kamu harus pergi juga.
Surat ini di ikutsertakan lomba #SuratUntukRuth novel oleh Bernard Batubara.